Jumat, 27 September 2019

HHBK DODOL DARI BUAH MANGROVE JENIS PEDADA Pedada (Sonneratia caseolaris)

HASIL HUTAN BUKAN KAYU dari Buah Mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris)

Dosen Penanggung Jawab :
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.

Disusun oleh :
Horeb Yoyada Marbun
171201008
MNH 5







  













PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019













KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Hasil Hutan Bukan Kayu dari buah mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris)”, yang disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti mata kuliah Penilaian Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab mata kuliah Penilaian Hutan, Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. yang telah membantu serta membimbing penulis dalam pelaksanaan kuliah hingga terwujudnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi teknik penyusunan maupun dari segi materi dan pembahasan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca atau pengguna makalah ini demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.


                                                                                   
Medan,  Maret 2019


                                         Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
........ 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II ISI
2.1 Pedada (Sonneratia caseolaris)....................................................................... 5
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Pedada (Sonneratia caseolaris)............................. 6
2.3 Potensi dan Manfaat Ekonomi HHBK Pedada (Sonneratia caseolaris).......... 8
BAB III PENUTUP          
         Kesimpulan........................................................................................................... .10
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
              Hutan sebagai semua sumber daya yang dapat menghasilkan hasil hutan yang tersedia dalam bentuk makanan dan pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dan terkadang kritis sehingga memungkinkan masyarakat mempersiapkan pasokan pangan yang stabil dan memadai. Alasannya adalah karena hutan merupakan salah satu sumber daya produktif yang paling mudah diakses dan tersedia untuk banyak orang. Hutan merupakan tempat bernaung bagi sekitar 300 juta orang yang tinggal berdekatan dan di sekitar kawasan hutan. Komunitas sekitar hutan ini sangat bergantung pada perladangan berpindah, berburu dan mengumpulkan produk hutan yang dapat diamanfaatkan sebagai sumber pangan sehingga hutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketahanan pangan masyarakat. Dalam kaitannya dengan sumber energi, kontribusi hutan melalui penyediaan kayu bakar sangat berperan dalam kehidupan rumah tangga di beberapa negara terutama untuk membantu proses pengolahan pangan. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 70% dari energi yang dikonsumsi oleh masyarakat secara siginifikan disuplai dari kayu bakar (Arobaya, dkk, 2014).
       Hutan mangrove terletak pada perbatasan darat dan laut, keberadaan hutan mangrove dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Aneka produk dan jasa dari hutan mangrove telah banyak dirasakan manfaatnya oleh manusia. Produk-produk yang dapat dihasilkan berupa kayu dan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penambah pendapatan masyarakat. Industri rumah tangga atau home industry adalah sebuah usaha atau aktivitas pengolahan bahan mentah/barang setengah jadi menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah dalam rangka mendapat keuntungan. Jenis industri itu sendiri jika dilihat berdasarkan tempat atau lokasi bahan bakunya maka ada yang disebut dengan industri ekstraktif. Industriini bahan bakunya berasal dari alam sekitar Usaha olahan mangrove menjadi produk makanan tampaknya belum banyak dikembangkan dan diminati oleh masyarakat pesisir. Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa buah mangrove dapat dikonsumsi dan kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai pewarna kain. Pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan masih sangat sedikit dan belum banyak diketahui Produk hutan mangrove yang sering digunakan manusia baru sebatas kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain, dan lain-lain
(Wahyukinasih, dkk, 2014).

                   Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial, ekonomi, dan ekologis. Fungsi utama sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan mahluk hidup lain nya. Sumberdaya hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia sumberdaya kayu juga sebagi tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya, juga berfungsi untuk menahan gelombang laut dan intrusi air laut kearah darat Besarnya manfaat yang ada pada ekosistem hutan mangrove, memberikan konsekuensi bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, yaitu dengan semakin tingginya tingkat eksploitasi terhadap lingkungan yang tidak jarang berakhir pada degradasi lingkungan yang cukup parah (Olfie, dkk. 2011).
                                                                         
           
1.2 Rumusan Masalah
1.    Apakah itu Pedada (Sonneratia caseolaris) ?
2.    Morfologi dan Klasifikasi Mangrove jenis Pedada (Sonneratia caseolaris)?
3.    Bagaimana potensi dan manfaat HHBK nilai ekonomi Pedada (Sonneratia caseolaris) ?

1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui dan mengenal Pedada (Sonneratia caseolaris).
2.    Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi jenis mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris).
3.    Untuk mengetahui potensi dan manfaat ekonomi dari Hasil Hutan Bukan Kayu Pedada (Sonneratia caseolaris).

                                   BAB II
ISI
2.1 Pedada (Sonneratia caseolaris)
Buah Pedada merupakan buah tanaman mangrove Sonneratia. buah ini tidak beracun dan dapat langsung dimakan. selain itu menurut penelitian  buah Sonneratia caseolaris mengandung polifenol tinggi (300 ± 8.2 mg GAE / g ekstrak), flavonoid (30,6 ± 0,7 CE / g ekstrak), anthocyanins (2.3 ± 0,03 µmol / g ekstrak) dan vitamin C (4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak). Nilai IC50 untuk DPPH dan NO scavenging radikal bebas adalah 4,3 dan 49,4 mg / mL untuk ekstrak biji dan ekstrak pericarp masing - masing adalah 59,8 dan 751,6 mg / mL. Ekstraknya juga menunjukkan daya reduksi yang sangat tinggi (OD 1,14 pada 50 mg / mL ekstrak) dan kapasitas antioksidan total (280,8 GAME atau 310,24 AAE / g ekstrak). Menurut penelitian, dalam streptozotocin (STZ) tikus yang diinduksi diabetes tipe 2, kelompok perlakuan ekstrak biji menunjukkan penurunan serum glukosa dari 13,75 ± 2,21 mmol / L (setelah 30 menit) menjadi 10,3 ± 1,75 mmol / L (pada 135 menit) dan pada kelompok perlakuan pericarp dari 14,36 ± 2,16 - 11,32 ± 1,74 mmol / L. Sedang dalam Uji Kerentanan menunjukkan bahwa ekstrak buah dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen baik gram positif maupun gram negative (Samsumarlin dkk, 2015)
Buah Sonneratia caseolaris, terutama bijinya secara fungsional kaya dengan fenolat, flavonoid, antioksidan, senyawa antidiabetes dan antibakteri. Berdasarkan fungsi dan kandungannya yang baik, buah bogem ini dapat kita konsumsi dan kita buat olahan yang salah satunya adalah diolah menjadi dodol. Dodol adalah makanan semi basah bertekstur kenyal dengan kadar gula, pati dan minyak yang tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang agak lama (sekitar 1-3 bulan). Dodol biasanya tebuat dari rumput laut atau buah-buahan manis lainya. namun kali ini kita akan mencoba membuat dodol dari buah mangrove Sonneratia atau biasa disebut buah pedada.

2.2 Morfologi dan Klasifikasi Tumbuhan Pedada (Sonneratia caseolaris)
Klasifikasi Ilmiah Sonneratia caseolaris :
Kingdom:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Sonneratia
Spesies:
S. caseolaris

Deskripsi
:
Pohon, ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting terkulai, dan berbentuk segi empat pada saat muda.
Daun
:
Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: bervariasi, 5-13 x 2-5 cm.
Bunga
:
Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekar penuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran 17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga kehijauan. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah rontok.
Buah
:
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar dari S.alba, bijinya lebih banyak (800-1200). Ukuran: buah: diameter 6-8 cm.
Ekologi
:
Tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang/ daerah berkarang. Juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar. Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh (setelah jam 20.00 malam), bunga berisi banyak nektar. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Biji mengapung. Selama hujan lebat, kecenderungan pertumbuhan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertikal.
Penyebaran
:
Dari Sri Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.

                  Gambar 1. Pedada (Sonneratia caseolaris)


2.3 Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu Pedada (Sonneratia caseolaris)

              Sonneratia dikenal memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Primata pada umumnya sangat menyukai buah Sonneratia yang rasanya asam, mereka bahkan sudah mampu memilih, hanya buah yang matang saja yang bisa dimakan. Selain itu hewan pemakan buah yang lain, seperti kelelawar maupun burung, juga ikut menjadi ‘penggemar” buah tersebut. Sementara manusia, dengan belajar dari monyet/kera, telah mampu mengolah Sonneratia dari jenis pedada (Sonneratia caseolaris)  untuk dijadikan bahan pangan, seperti yang telah diproduksi oleh Kebaya seperti sirup, dodol, selai, dan kerupuk. Manfaat lain dilaporkan bahwa buah pedada dapat dijadikan tepung yang mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan tepung tapioka dan tepung ubi (Hamsah 2013).
Salah satu manfaat ekonomi dari buah Pedada (Sonneratia caseolaris) bagi masyarakat adalah olahan dodol. Pembuatan dodol ini juga tidak terlalu sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana yang biasa terdapat di dapur. Untuk membuat dodol kita memerlukan alat dan bahan seperti dibawah ini.
Bahan :
     1.    Buah pedada (buah mangrove dari Spesies Sonneratia spp.) yang telah  matang konsumsi, dan daging buahnya lunak (1 kg)
     2.    Gula pasir. (0,25 kg). gula ini di rebus sampai menjadi gula cair.
     3.    Gula merah (100 gram). Gula merah juga di rebus sampai menjadi gula cair.
     4.    Garam dapur (10 gram)
     5.    Tepung ketan (50 gram)
     6.    Santan kelapa kental (450 ml)
     7.    Natrium benzoat (1 gram).
     8.    Lemak hewani Secukupnya.

Peralatan :
         Peralatan yang digunakan adalah :
1.    Wajan Besar. Alat ini digunakan untuk memanaskan adonan dodol.
2.     Penggilingan. Alat ini digunakan untuk menghaluskan daging buah pisang menjadi bubur. Penggilingan dapat dilakukan dengan mesin penggiling. Untuk usaha kecil, penggilingan dapat dilakukan dengan menggunakan blender.
3.       Cetakan Dodol. Cetakan dodol dapat berupa baki dengan ketebalan 1~2 cm.
4.       Alat Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan dodol yang sedang berada di dalam cetakan. Jika tidak tersedia alat pengering, adonan dapat dijemur dengan sinar matahari.
5.        Minyak Kelapa.

Cara Pembuatan :

1.    Pembuatan Adonan DodolBuah bogem dikupas, kemudian digiling sampai halus. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan berupa gula pasir, gula merah, tepung ketan, santan kental dan natrium benzoat. Bahan-bahan tadi diaduk sampai semua merata. hasilkan campuran ini yang disebut dengan adonan dodol.
2. Pemasakan Adonan Dodol. Adonan dodol yang telah tercampur merata kemudian dimasak di dalam wajan sambil diaduk. Pengadukan dilakukan sampai adonan menjadi liat, berminyak dan tidak lengket. Hasil masakan nantinya yang disebut dengan adonan dodol masak.
3.         Pencetakan Adonan Dodol Masak. Adonan dodol yang telah masak kemudian diangkat dari wajan, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk baki dengan ketinggian 1-2 cm. Adonan ditekan-tekan agar padat dan rata. Sebelum adonan dimasukkan, permukaan dalam baki dialasi dengan plastik atau daun pisang
4.    Pengeringan/Penjemuran. Adonan dodol di dalam cetakan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering hingga adonan agak kering.
5.     Pemotongan Dan Pelapisan Dengan Minyak. Dodol yang telah mengeras dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke dalam minyak kelapa., dan kemudian segera diangkat. Dodol ini dibiarkan beberapa saat sampai lemak pada permukaannya mengeras. Ini bertujuan agar dodol tidak lengket pada kemasan nantinya.
6. Pengemasan. Potongan-potongan dodol tadi kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas minyak, kertas kue atau plastik. Setelah itu, dodol dikemas di dalam kantong plastik.

              Usaha olahan mangrove menjadi produk makanan tampaknya belum banyak dikembangkan dan diminati oleh masyarakat pesisir. Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa buah mangrove dapat dikonsumsi dan kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai pewarna kain. Pengetahuan tentang potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan masih sangat sedikit dan belum banyak diketahui Produk hutan mangrove yang sering digunakan manusia baru sebatas kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain, dan lain-lain (Sabana, 2014).

                                   BAB III
  PENUTUP
Kesimpulan
1.  HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan  atau yang berada dalam ekosistem hutan (Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun 2007).
2.  Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
3.   Pedada(Sonneratia caseolaris) buah Sonneratia caseolaris mengandung polifenol tinggi (300 ± 8.2 mg GAE / g ekstrak), flavonoid (30,6 ± 0,7 CE / g ekstrak), anthocyanins (2.3 ± 0,03 µmol / g ekstrak) dan vitamin C
(4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak).
4.   Manfaat dari Pedada (Sonneratia caseolaris) antara lain buah asamnya dapat dimakan (dirujak), dodol, kerupuk, sirup. Kayu dapat digunakan sebagai kayu bakar jika kayu bakar yang lebih baik tidak diperoleh. Setelah direndam dalam air mendidih, akar nafas dapat digunakan untuk mengganti gabus.
5.  Dodol adalah makanan semi basah bertekstur kenyal dengan kadar gula, pati dan minyak yang tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang agak lama (sekitar 1-3 bulan).

DAFTAR PUSTAKA
Arobaya, A.Y.S., Maria, J.S., Freddy, P. 2014. Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi Alternatif di Mamberamo Hulu, Papua. Jurnal Hutan Tropis 2(2): 88-93.
Hamsah. 2013. Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung Buah Pedada (Sonneratia caseolaris). [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Olfie L. S., Jean T., Rine K., Fandi A. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Di Desa Palaes Kecamatan  Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. 7 (2): 29 – 38.

Sabana C. 2014. Kajian pengembangan produk makanan olahan mangrove. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 14(1): 40-46.

Samsumarlin., Rachman, I, dan Toknok, B. 2015. Studi zonasi vegetasi mangrove muara di Desa Umbele Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. J. Warta Rimba. 3(2): 148-154.

Suzana et al. 2011. Seri Buku Informasi dan Potensi Mangrove Taman Nasional AlasPurwo. Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.

Wahyukinasih, M.H., Christine, W., Susni, H. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu Ekosistem Mangrove di Desa Margasari Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari 2(2): 41-48.

14 komentar:

Hi Good People,

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR JUDUL PEMUPUKAN

PENDAHULUAN Latar belakang Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup, dalam bentuk...