HASIL HUTAN
BUKAN KAYU dari Buah Mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris)
Dosen
Penanggung Jawab :
Dr. Agus Purwoko,
S.Hut., M.Si.
Disusun
oleh :
Horeb Yoyada
Marbun
171201008
MNH 5
PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini berjudul “Hasil Hutan Bukan Kayu dari buah mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris)”, yang disusun sebagai salah
satu tugas dalam mengikuti mata kuliah Penilaian Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen penanggungjawab mata kuliah Penilaian Hutan, Dr. Agus
Purwoko, S.Hut., M.Si. yang telah membantu serta membimbing penulis dalam
pelaksanaan kuliah hingga terwujudnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna, baik dari segi teknik penyusunan maupun dari segi materi dan
pembahasan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
para pembaca atau pengguna makalah ini demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Medan, Maret 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
........ 1.1 Latar
Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II ISI
2.1 Pedada (Sonneratia caseolaris)....................................................................... 5
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Pedada (Sonneratia caseolaris)............................. 6
2.3 Potensi
dan Manfaat Ekonomi HHBK Pedada (Sonneratia caseolaris).......... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... .10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hutan
sebagai semua sumber daya yang dapat menghasilkan hasil hutan yang tersedia
dalam bentuk makanan dan pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dan
terkadang kritis sehingga memungkinkan masyarakat mempersiapkan pasokan pangan
yang stabil dan memadai. Alasannya adalah karena hutan merupakan salah satu
sumber daya produktif yang paling mudah diakses dan tersedia untuk banyak
orang. Hutan merupakan tempat bernaung bagi sekitar 300 juta orang yang tinggal
berdekatan dan di sekitar kawasan hutan. Komunitas sekitar hutan ini sangat
bergantung pada perladangan berpindah, berburu dan mengumpulkan produk hutan
yang dapat diamanfaatkan sebagai sumber pangan sehingga hutan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari ketahanan pangan masyarakat. Dalam kaitannya dengan
sumber energi, kontribusi hutan melalui penyediaan kayu bakar sangat berperan
dalam kehidupan rumah tangga di beberapa negara terutama untuk membantu proses
pengolahan pangan. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 70% dari energi yang
dikonsumsi oleh masyarakat secara siginifikan disuplai dari kayu bakar
(Arobaya, dkk, 2014).
Hutan
mangrove terletak pada perbatasan darat dan laut, keberadaan hutan mangrove
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Aneka produk dan jasa dari hutan
mangrove telah banyak dirasakan manfaatnya oleh manusia. Produk-produk yang
dapat dihasilkan berupa kayu dan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penambah pendapatan masyarakat. Industri
rumah tangga atau home industry adalah sebuah usaha atau aktivitas
pengolahan bahan mentah/barang setengah jadi menjadi barang jadi yang mempunyai
nilai tambah dalam rangka mendapat keuntungan. Jenis industri itu sendiri jika
dilihat berdasarkan tempat atau lokasi bahan bakunya maka ada yang disebut
dengan industri ekstraktif. Industriini bahan bakunya berasal dari alam sekitar
Usaha olahan mangrove menjadi
produk makanan tampaknya belum banyak dikembangkan dan diminati oleh masyarakat
pesisir. Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa buah mangrove dapat dikonsumsi
dan kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai pewarna kain. Pengetahuan tentang
potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan masih sangat sedikit dan
belum banyak diketahui Produk hutan mangrove yang sering digunakan manusia baru
sebatas kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin
untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain, dan lain-lain
(Wahyukinasih, dkk, 2014).
(Wahyukinasih, dkk, 2014).
Ekosistem
hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir yang
mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial, ekonomi, dan ekologis.
Fungsi utama sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia berbagai kebutuhan
hidup bagi manusia dan mahluk hidup lain nya. Sumberdaya hutan mangrove, selain
dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia sumberdaya kayu juga sebagi
tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan juga
sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut
lainnya, juga berfungsi untuk menahan gelombang laut dan intrusi air laut
kearah darat Besarnya manfaat yang ada pada ekosistem hutan mangrove,
memberikan konsekuensi bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, yaitu dengan
semakin tingginya tingkat eksploitasi terhadap lingkungan yang tidak jarang
berakhir pada degradasi lingkungan yang cukup parah (Olfie, dkk. 2011).
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah
itu Pedada (Sonneratia caseolaris) ?
2. Morfologi
dan Klasifikasi Mangrove jenis Pedada (Sonneratia
caseolaris)?
3. Bagaimana
potensi dan manfaat HHBK nilai ekonomi Pedada (Sonneratia
caseolaris) ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan mengenal Pedada (Sonneratia
caseolaris).
2. Untuk
mengetahui morfologi dan klasifikasi jenis mangrove Pedada (Sonneratia
caseolaris).
3. Untuk
mengetahui potensi dan manfaat ekonomi dari Hasil Hutan Bukan Kayu Pedada (Sonneratia caseolaris).
BAB
II
ISI
2.1 Pedada (Sonneratia caseolaris)
Buah Pedada merupakan buah tanaman mangrove
Sonneratia. buah ini tidak beracun dan dapat langsung dimakan. selain itu
menurut penelitian buah Sonneratia caseolaris mengandung polifenol tinggi (300 ± 8.2 mg
GAE / g ekstrak), flavonoid (30,6 ± 0,7 CE / g ekstrak), anthocyanins (2.3 ±
0,03 µmol / g ekstrak) dan vitamin C (4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak). Nilai IC50 untuk DPPH dan NO scavenging radikal bebas
adalah 4,3 dan 49,4 mg / mL, untuk
ekstrak biji dan ekstrak pericarp masing - masing adalah 59,8 dan 751,6 mg /
mL. Ekstraknya juga menunjukkan daya reduksi yang
sangat tinggi (OD 1,14 pada 50 mg / mL ekstrak) dan kapasitas antioksidan total
(280,8 GAME atau 310,24 AAE / g ekstrak). Menurut penelitian, dalam streptozotocin (STZ) tikus yang diinduksi diabetes tipe 2, kelompok perlakuan ekstrak biji menunjukkan penurunan serum glukosa dari 13,75 ± 2,21 mmol / L (setelah 30 menit) menjadi 10,3 ± 1,75
mmol / L (pada 135 menit) dan pada kelompok perlakuan pericarp dari 14,36 ±
2,16 - 11,32 ± 1,74 mmol / L. Sedang dalam Uji Kerentanan menunjukkan
bahwa ekstrak buah dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen baik
gram positif maupun gram negative (Samsumarlin dkk,
2015)
Buah Sonneratia caseolaris, terutama
bijinya secara fungsional kaya dengan fenolat, flavonoid, antioksidan, senyawa
antidiabetes dan antibakteri. Berdasarkan fungsi dan kandungannya yang baik,
buah bogem ini dapat kita konsumsi dan kita buat olahan yang salah satunya
adalah diolah menjadi dodol. Dodol adalah makanan semi basah
bertekstur kenyal dengan kadar gula, pati dan minyak yang
tinggi sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang agak lama (sekitar 1-3 bulan). Dodol biasanya tebuat dari rumput laut atau
buah-buahan manis lainya. namun kali ini kita akan mencoba membuat dodol dari
buah mangrove Sonneratia atau biasa disebut buah pedada.
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Tumbuhan Pedada (Sonneratia
caseolaris)
Klasifikasi Ilmiah Sonneratia caseolaris :
Kingdom:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
Sonneratia
|
Spesies:
|
S. caseolaris
|
Deskripsi
|
:
|
Pohon, ketinggian
mencapai 15 m, jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti
kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting
terkulai, dan berbentuk segi empat pada saat muda.
|
Daun
|
:
|
Gagang/tangkai daun
kemerahan, lebar dan sangat pendek. Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: bervariasi,
5-13 x 2-5 cm.
|
Bunga
|
:
|
Pucuk bunga bulat
telur. Ketika mekar penuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya
tanpa urat. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per
kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran 17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak
bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga
kehijauan. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah
rontok.
|
Buah
|
:
|
Seperti bola, ujungnya
bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar
dari S.alba, bijinya lebih banyak (800-1200). Ukuran: buah: diameter 6-8 cm.
|
Ekologi
|
:
|
Tumbuh di bagian yang
kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali
sepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh
pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang/ daerah berkarang. Juga
tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang
surut masih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar.
Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh (setelah jam
20.00 malam), bunga berisi banyak nektar. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Biji mengapung. Selama hujan lebat, kecenderungan pertumbuhan daun akan
berubah dari horizontal menjadi vertikal.
|
Penyebaran
|
:
|
Dari Sri Lanka,
seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga
Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.
|
Gambar 1.
Pedada (Sonneratia caseolaris)
2.3 Potensi
Hasil Hutan Bukan Kayu Pedada (Sonneratia
caseolaris)
Sonneratia dikenal
memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Primata pada umumnya sangat menyukai
buah Sonneratia yang rasanya asam, mereka bahkan sudah
mampu memilih, hanya buah yang matang saja yang bisa dimakan. Selain itu hewan
pemakan buah yang lain, seperti kelelawar maupun burung, juga ikut menjadi
‘penggemar” buah tersebut. Sementara manusia, dengan belajar dari monyet/kera,
telah mampu mengolah Sonneratia dari
jenis pedada (Sonneratia caseolaris) untuk
dijadikan bahan pangan, seperti yang telah diproduksi oleh Kebaya seperti
sirup, dodol, selai, dan kerupuk. Manfaat lain dilaporkan bahwa buah pedada
dapat dijadikan tepung yang mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan
tepung tapioka dan tepung ubi (Hamsah 2013).
Salah satu manfaat ekonomi dari buah
Pedada (Sonneratia caseolaris) bagi
masyarakat adalah olahan dodol. Pembuatan dodol ini juga tidak terlalu sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana yang biasa terdapat di dapur. Untuk membuat dodol kita memerlukan alat dan
bahan seperti dibawah ini.
Bahan :
1. Buah
pedada (buah mangrove dari Spesies Sonneratia spp.) yang telah matang konsumsi, dan daging buahnya lunak (1 kg)
2. Gula pasir. (0,25 kg). gula ini di rebus sampai menjadi gula cair.
3. Gula merah (100 gram). Gula merah juga di rebus sampai menjadi gula cair.
4. Garam dapur (10 gram)
5. Tepung
ketan (50 gram)
6. Santan kelapa kental
(450 ml)
7. Natrium
benzoat (1 gram).
8. Lemak hewani Secukupnya.
Peralatan :
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Wajan Besar. Alat ini digunakan untuk memanaskan adonan dodol.
2. Penggilingan. Alat ini
digunakan untuk menghaluskan daging buah pisang menjadi bubur. Penggilingan
dapat dilakukan dengan mesin penggiling. Untuk usaha kecil, penggilingan dapat
dilakukan dengan menggunakan blender.
3. Cetakan Dodol. Cetakan dodol dapat
berupa baki dengan ketebalan 1~2 cm.
4. Alat Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan dodol yang sedang berada di dalam
cetakan. Jika tidak tersedia alat pengering, adonan dapat dijemur dengan sinar
matahari.
5. Minyak Kelapa.
Cara Pembuatan :
1. Pembuatan Adonan Dodol. Buah
bogem dikupas, kemudian digiling sampai halus. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan berupa gula pasir, gula merah, tepung ketan, santan kental dan natrium
benzoat. Bahan-bahan
tadi diaduk sampai semua merata. hasilkan campuran ini yang disebut dengan adonan dodol.
2. Pemasakan Adonan Dodol. Adonan dodol yang telah tercampur merata kemudian dimasak di dalam wajan sambil diaduk. Pengadukan dilakukan sampai adonan
menjadi liat, berminyak dan tidak lengket. Hasil masakan nantinya yang disebut dengan adonan dodol masak.
3. Pencetakan Adonan Dodol Masak. Adonan dodol yang telah masak kemudian diangkat dari wajan, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk baki
dengan ketinggian 1-2 cm. Adonan ditekan-tekan agar padat dan rata. Sebelum
adonan dimasukkan, permukaan dalam baki dialasi dengan plastik atau daun pisang
4. Pengeringan/Penjemuran. Adonan dodol di dalam cetakan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering hingga adonan agak kering.
5. Pemotongan Dan Pelapisan
Dengan Minyak. Dodol yang telah mengeras dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke
dalam minyak
kelapa., dan kemudian segera diangkat. Dodol ini dibiarkan beberapa saat sampai lemak pada
permukaannya mengeras. Ini bertujuan agar dodol tidak lengket pada kemasan nantinya.
6. Pengemasan. Potongan-potongan dodol tadi kemudian dibungkus
dengan menggunakan kertas minyak, kertas kue atau plastik. Setelah itu, dodol dikemas di dalam
kantong plastik.
Usaha olahan mangrove menjadi
produk makanan tampaknya belum banyak dikembangkan dan diminati oleh masyarakat
pesisir. Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa buah mangrove dapat dikonsumsi
dan kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai pewarna kain. Pengetahuan tentang
potensi dan manfaat mangrove sebagai sumber pangan masih sangat sedikit dan
belum banyak diketahui Produk hutan mangrove yang sering digunakan manusia baru
sebatas kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin
untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain, dan lain-lain (Sabana, 2014).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. HHBK adalah hasil hutan hayati
baik nabati maupun hewani beserta produk turunan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari hutan atau yang berada
dalam ekosistem hutan (Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun 2007).
2. Hutan mangrove adalah
sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai
tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
3. Pedada(Sonneratia caseolaris) buah Sonneratia caseolaris mengandung polifenol tinggi (300 ± 8.2 mg
GAE / g ekstrak), flavonoid (30,6 ± 0,7 CE / g ekstrak), anthocyanins (2.3 ±
0,03 µmol / g ekstrak) dan vitamin C
(4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak).
(4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak).
4. Manfaat dari Pedada (Sonneratia caseolaris) antara lain buah
asamnya dapat dimakan (dirujak), dodol, kerupuk, sirup. Kayu dapat digunakan
sebagai kayu bakar jika kayu bakar yang lebih baik tidak diperoleh. Setelah
direndam dalam air mendidih, akar nafas dapat digunakan untuk mengganti gabus.
5. Dodol adalah makanan semi basah bertekstur kenyal dengan kadar gula, pati dan minyak yang
tinggi sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang agak
lama (sekitar 1-3 bulan).
DAFTAR PUSTAKA
Arobaya, A.Y.S., Maria,
J.S., Freddy, P. 2014. Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi Alternatif
di Mamberamo Hulu, Papua. Jurnal Hutan Tropis 2(2): 88-93.
Hamsah. 2013.
Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung Buah Pedada (Sonneratia
caseolaris). [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Olfie L. S.,
Jean T., Rine K., Fandi A. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Di
Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat
Kabupaten Minahasa Utara. 7 (2): 29 – 38.
Sabana
C. 2014. Kajian pengembangan produk makanan olahan mangrove. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis 14(1): 40-46.
Samsumarlin., Rachman, I, dan
Toknok, B. 2015. Studi zonasi vegetasi mangrove muara di Desa Umbele Kecamatan
Bumi Raya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. J. Warta Rimba. 3(2): 148-154.
Suzana
et al. 2011. Seri Buku Informasi dan Potensi
Mangrove Taman Nasional AlasPurwo. Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.
Wahyukinasih,
M.H., Christine, W., Susni, H. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Berbasis Hasil
Hutan Bukan Kayu Ekosistem Mangrove di Desa Margasari Lampung Timur. Jurnal
Sylva Lestari 2(2): 41-48.
Terima kasih
BalasHapusMantapp, lanjutkan🖒
BalasHapusBisa juga ya gitu
BalasHapusWahh ternyata bisa ya
BalasHapusNtap
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGood
BalasHapusKeren 😊
BalasHapusKeren ��
BalasHapusKeren
BalasHapusKerennnn
BalasHapusSangat bermanfaat. Terima kasih
BalasHapusKerennn
BalasHapusKeren blognya
BalasHapus